Oleh : Aisyah Pertiwi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedang kebagian jatah diterpa badai isu korupsi. Ceritanya menjadi seru, pasalnya partai bercitra islami yang sedang tersangkut kasus korupsi ini dikenal mengusung slogan “bersih, peduli, dan profesional”. Lebih seru lagi, aktivis partai yang dijadikan tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus impor daging sapi adalah pucuk pimpinan partai, Luthfi Hasan Ishaq (LHI). Bagi yang antipati sama PKS sedari dulu, momen ini menjadi ajang yang tepat melampiaskan hujatan. Bagi yang simpati, banyak yang tidak mau kalah ngotot menyatakan bahwa ustadznya tidak bersalah.
Bukan kali ini saja pemberitaan mengenai PKS mendapatkan sambutan yang “berlebihan” di mata masyarakat. Petinggi PKS memakai jam tangan rolex yang harganya melangit saja beritanya sudah jadi “buah bibir”. Diomongin di mana-mana. Padahal kalau dilihat, isu tersebut tidak memberikan dampak sosial yang meluas. Dengan adanya kasus korupsi yang menyangkut kepentingan khalayak ramai, sudah pasti berita korupsi PKS jadi headline. Didramatisasi dengan kehadiran para wanita cantik sebagai “upeti”, dibumbui dengan fakta poligami beberapa petinggi partai. Meskipun tidak nyambung dengan kasusnya, yang penting rame!
Banyak pihak berspekulasi bahwa kasus korupsi yang menimpa PKS merupakan gerbang kehancuran partai tersebut di pemilu 2014. Efek yang lebih dekat, elektabilitas calon-calon kepala daerah yang diusung PKS disebut-sebut akan merosot. Aher-Deddy sebagai cagub-cawagub Jabar pun diramalkan akan pulang kandang sebagai pecundang.
Mengenai penurunan elektabilitas PKS terkait kasus daging sapi impor LHI, terdapat fakta yang menarik. Lima hari pasca penangkapan LHI, Lembaga Win and Wise Communication (ww-comm) yang memiliki spesialisasi tracking sosial media menyatakan bahwa PKS justru mendapatkan simpati yang sangat besar dari para netizen (masyarakat sosial media). Menurut Anwar Abugaza, ST, direktur riset ww-comm, percakapan mengenai PKS mengalami peningkatan menjadi 1.700 percakapan/menit, dari yang awalnya hanya berkisar 950 percakapan/menit. Yang lebih menarik lagi, sentiment index PKS mengarah pada dukungan dan simpati positif. Bahkan Anis Matta, Presiden PKS yang baru terpilih, dengan optimis menyatakan PKS akan menang di Pemilu 2014.
Ahmad Heryawan, selaku calon gubernur petahana yang diusung PKS menyatakan bahwa penangkapan LHI tidak akan mempengaruhi elektabilitasnya dalam Pilgub Jabar 2013. Masyarakat Jawa Barat sudah tergolong cerdas dan melek politik. Proses politik yang terjadi di Jabar berbeda dengan proses politik di luar Jabar. Menurut Aher pula, urusan hukum LHI adalah tanggung jawab personal, bukan tanggung jawab kelembagaan. Pernyataan tersebut didukung oleh fakta tracking sosial media dari www.politicawave.com yang menunjukkan bahwa elektabilitas Aher-Deddy tetap paling tinggi dibandingkan keempat pasangan calon lainnya.
Bisa jadi kader dan simpatisan PKS telah resisten terhadap pemberitaan miring media massa. Seperti halnya dalam dunia pertanian, suatu populasi hama dapat mengalami resistensi atau kekebalan terhadap pestisida. Apabila suatu jenis pestisida dalam dosis rendah disemprotkan pada sejumlah hama, hama yang kuat akan bertahan hidup, sementara hama yang lemah akan mati. Hama yang lebih kuat ini bertahan hidup dan bereproduksi sehingga menghasilkan keturunan yang kuat juga. Dengan demikian penyemprotan pestisida di kemudian hari menjadi tidak efektif karena populasi hama yang mampu bertahan hidup semakin banyak.
Para kader dan simpatisan PKS barangkali sudah kenyang dengan pemberitaan negatif yang seringkali menguntit partai kesayangan mereka tersebut. Sehingga terpaan kasus LHI tidak berpengaruh signifikan pada stabilitas partai. Meskipun demikian, agar partai tidak ikut terseret oleh kasus personal, sebaiknya para kader dan simpatisan tidak perlu bertindak reaktif dengan melakukan upaya pembelaan berlebihan terhadap LHI. Kesannya seperti melindungi tersangka dan tidak percaya pada hukum. Partai yang Anda sayangi bukan jama’ah malaikat, demikian pula ustadz yang Anda kagumi juga bukan malaikat yang terjaga dari dosa. Stay cool, keep calm. Cukup serahkan pada penegak hukum dan bersabar mengikuti prosesnya. Tindakan tersebut jauh lebih elegan dan dapat menghindarkan dari cap fanatisme berlebihan. Dan pihak yang antipati juga sama, tidak usah terlalu ngotot memojokkan PKS. Mari sama-sama sabar mengikuti proses hukumnya.
http://politik.kompasiana.com/2013/02/08/resistensi-pks-terhadap-pemberitaan-miring-media-massa-526648.html
Tentu saja !
ReplyDelete