Ya, itulah kesimpulan saya ketika membaca komentar dari artikel – artikel yang memberitakan atau mengupas tentang PKS. Kenapa koq kasihan? Iya, sebab jika artikel itu menunjukkan prestasi atau kebaikan kader – kader PKS hampir semua komentarnya adalah “cari muka, pencitraan, haus kekuasaan” atau apalah yang sejenisnya. Namun jika berita tentang kejelekan atau kesalahan kader PKS (meskipun belum tentu bersalah) komentarnya apalagi kalau bukan, “PKS partai terkotor, membawa musibah, dll”. Begitulah kader – kader PKS, kalau berbuat baik orang – orang nyinyir dan sinis, tapi kalau berbuat buruk dimata mereka akan dihujat sedemikian rupa. Tak jarang juga terdengar komentar, “Ga usahlah bawa – bawa agama”, lalu kalau ga bawa agama mau bawa apa dong? Tolong kasih tahu.
Beberapa waktu lalu ada yang menulis sebuah artikel bahwa dia merasa dijebak PKS. Ya, dijebak dalam kebaikan, dalam lingkaran ilmu sehingga dia bisa menjadi muslim yang lebih baik melalui perantara kader – kader PKS. Mungkin tidak jauh berbeda dengan saya. Saya mulai mengenal partai ini ketika kuliah. Saya ikut kajian rutin yang dibina oleh kader – kader mereka, dan saya merasa bahwa yang mereka sampaikan sesuai dengan ahlussunah. Mereka banyak mengkaji Al Qur’an dan Hadist. Awalnya saya tidak mau terlibat dengan kepartaian, saya hanya merasa butuh kajiannya saja. Sampai suatu ketika Murobbi saya berkata, “Kenapa kita harus membentuk partai? karena untuk bisa masuk dalam pemerintahan memberikan perubahan yang lebih baik, cara yang paling memungkinkan adalah masuk lewat partai. Ketika kita hanya berdemo, tidak akan banyak membawa perubahan pada kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintahan. Tapi jika orang – orang yang bersih masuk dalam pemerintahan, maka dia akan bisa memberikan pengaruh terhadap kebijakan – kebijakan itu.” Saya fikir sangat masuk akal apa yang beliau sampaikan.
Namun demikian saya bukanlah orang yang aktif terlibat dalam kepartaian tapi setidaknya hal itu mampu membuka mata saya, dan saya mulai memberikan peran serta dalam kegiatan – kegiatan yang mereka lakukan. Hingga Qodarallah, saya menikah dengan loyalis partai dakwah ini. Ada satu kisah yang ingin saya bagi tentang suami saya. Tampilannya berjenggot, suami masih keturunan arab sehingga wajar kalau jenggotnya cepat sekali tumbuhnya. beliau ngajinya juga bagus maka banyak yang menyangka beliau ini adalah ustadz. Meskipun tampangnya mirip ustadz tapi beliau ini berprofesi sebagai engineer di sebuah perusahaan kontraktor. Di kantor maupun di lingkungan rumah, suami sering diminta untuk adzan atau mengimami sholat.
Profesinya kadang cukup menyita waktu terutama jika banyak proyek yang sedang digarap. Sehingga pulang larut malam dan lembur di hari Sabtu sudah menjadi hal yang biasa baginya. Sedangkan hari ahad kadang digunakan untuk olahraga, kerja bakti, atau agenda dakwah. Putri kecil kami kadang tak berjumpa dengan abinya karena abinya pulang ketika putri kami masih tidur, dan berangkat saat putri kami belum terbangun.
Saat pilgub DKI beberapa bulan lalu adalah hari – hari berat yang harus kami lalui.
Ketika suami harus menjadi ketua ranting menggantikan ketua yang sebelumnya karena pindah tempat tinggal, maka makin bertambahlah beban dakwah itu. Setelah pulang kerja larut malam suami sering masih harus menghadiri rapat – rapat koordinasi, atau ikut memasang spanduk di beberapa titik. Tak jarang ketika saya bangun, saya menjumpainya masih tidur dalam keadaan berpakaian lengkap baju kerja hari sebelumnya, sungguh trenyuh hati ini. Terkadang pagi – pagi sudah ada kader yang datang menemuinya menyampaikan hasil koordinasi rapat yang tidak bisa dihadiri suami karena memang tidak bisa meninggalkan pekerjaan di kantor. Praktis waktu untuk keluarga semakin berkurang.
Tapi suami berusaha untuk tetap optimal melakukan semua tugasnya baik dalam profesinya maupun dalam dakwah. Meskipun hasilnya kadang tidak sesuai yang diharapkan, tapi itulah dakwah semua tetap bernilai pahala di mata Allah. InsyaAllah.. aamin.
Masih banyak kader – kader sperti suami saya atau yang memberikan kontribusi lebih besar lagi. Kami menganggap kerja untuk partai adalah kerja dakwah. Saat ini di Negara kita memang tidak ada perang dengan fisik dan senjata seperti zaman Rasulullah, namun perang untuk menegakkan keadilan msih harus terus diperjuangkan.
Sekarang sudah tidak ada rasulullah, sudah tidak ada para sahabat, namun insyaAllah masih banyak ahlussunnah yang senantiasa berusaha meneladani Rasulullah.
Bukankah berislam itu harus secara kaffah, rasulullah pun seorang pemimpin dalam segala hal termasuk dalam pemerintahan, para sahabat pilihan pun meneruskan menjadi khalifah, sebagian sahabat yang lain pun bersedia menjadi gubernur, dan yang mereka pimpin bukan hanya umat islam. Namun kenapa ketika ada ahlussunnah yang berusaha berjuang lewat jalur politik banyak yang menghujat, bahkan juga dari saudara – saudara kami sesama muslim.
Kalau masih ada orang – orang sekelas sahabat yang mau ambil andil dalam pemerintahan, tentu tak perlu ada PKS. Kalau para pemimpin kita di Negara ini adalah ahlussunnah juga tak perlu ada PKS. Namun, jika sebagian ahlussunnah tidak mau ambil andil dalam pemerintahan setidaknya berikanlah dukungan kepada mereka yang mau memperjuangkan tegaknya pemerintahan yang bersih melalui jalur politik.
Dukunglah mereka, minimal berikan suara pada mereka, jangan senantiasa mencari – cari kesalahannya, kecuali jika kalian menginginkan Negara ini dipimpin oleh orang – orang kafir. Mereka bukanlah kumpulan malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan, oleh sebab itu ingatkan mereka jika salah, berikan kritik yang membangun. Saya yakin mereka akan menerima dengan tangan terbuka.
Ya.. di satu sisi, saya merasa kasihan kepada kader – kader PKS yang prestasinya tak diapresiasi, dan kekurangannya selalu dihujat. Namun disisi lain saya bangga dengan mereka. Sindiran maupun hujatan takkkan menghentikan langkah mereka karena mereka semua bekerja untuk Allah, mereka hanya mengharapkan apresiasi dari Allah. Maka setiap usaha mereka akan bernilai pahala. Teruslah berjuang kawan.. kemenangan bukan karena apresiasi dari manusia, bukan pula karena pemberitaan media, tapi kemenangan karena pertolongan dari Allah.
Allahu Akbar..!!
Oleh: Umi Najla
0 komentar:
Post a Comment